Gempa Palu dan Donggala Tidak Berimbas Investasi di Sulawesi
Gempa Tsunami Palu dan Donggala memang menyisakan duka bagi Indonesia. Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong melihat dari aspek investasi bahwa Gempa Tsunami Palu dan Donggala tidak akan terlalu memberikan dampak terhadap iklim investasi di Sulawesi secara keseluruhan.
Sebelumnya Sulawesi menjadi salah satu daerah di Indonesia yang memiliki pertumbuhan tertinggi tersebar di beberapa kawasan di Sulawesi dengan berbagai komoditi unggulan. Pertambangan, perkebunan dan perikanan menjadi komoditi terbesar yang sampai saat ini masih menjadi unggulan investasi di Sulawesi.
Memang sebelumnya akibat dari Gempa Tsunami Palu dan Donggala yang menelan korban jiwa meninggal hingga ribuan ini muncul kekhawatirna bahwa akan berimbas terhadap iklim investasi di Sulawesi yang sedang mengalami trend positif. Namun Thomas Lembong masih optimis bahw tidak akan berdampak signifikan terhadap investasi di Sulawesi.
Sulawesi adalah salah satu kawasan yang menikmati pertumbuhan ekonomi paling tinggi di Indonesia berkat holtikultura seperti kakao, kopi, kemudian juga smelter puluhan triliun rupiah, nikel adanya di Sulawesi Tengah meskipun bukan di Palu Donggala atau yang terdampak bencana,” sebut Lembong di Kantornya, Jakarta, Rabu (3/10/2018) dilansir dari liputan6.com.
“Jadi prospek jangka menengah jangka panjang untuk investasi di Sulawesi Tengah masih sangat-sangat positif,” tambah Lembong dilansir dari liputan6.com.
Thomas Lembong tidak menampik bahwa hal yang akan dirasakan memang terjadi perlambatan pertumbuhan investasi apalagi di daerah terkena bencana. Namun jika bisa dilakukan dengan penanganan maksimal dan cepat makan iklim investasi kembali normal dan mampu kembali sesuai jalur investasi sebelumnya.
Sampai saat ini menurut data yang dilansir dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan bahwa Angka korban meninggal dunia dalam gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah bertambah menjadi 1.424. para korban meninggal terdiri dari 1.203 di Palu, 144 Donggala, 64 Sigi, 12 Parigi Moutong, dan seorang di Pasang Kayu.