PLTBm Pertama di Kalimantan Resmi Beroperasi
PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) secara resmi mengoperasikan Pembangkit LIstrik Biomassa (PLTBm) yang berlokasi di Kalimantan. Pembangkit Listrik yang berbahan bakar limbah pertanian ini menjadi yang pertama beroperasi di Kalimantan dengan menelan investasi mencapai USD 21 juta atau setara Rp 292,3 miliar dengan kapasitas produksi 15 Megawatt (MW).
PLTBm Siantan mulai mulai dibangun sejak tahun 2016 dan berlokasi di Wajok Hulu, Kecamatan Siantan, Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat. Pembangkit listrik ini merupakan salah satu pembangkit listrik milik swasta yaitu milik PT Rezeki Perkasa Sejahtera Lestari.
Dengan beroperasinya PLTBm Siantan ini diharapkan mampu menjadi dan memperkuat pasokan listrik di Kalimantan.
General Manager PLN Wilayah Kalimantan Barat, Richard Safkaur menyebutkan bahwa pengembangan berbagai penunjang kelistrikan di Indonesia khususnya di Kalimantan terus diupayakan menuju pengembangan energy terbarukan.
“Pengembangan energi baru terbarukan jadi salah satu prioritas PLN di regional Kalimantan. Saat ini di wilayah Kalbar, presentase pembangkit yang memakai minyak masih sebesar 44 persen,” kata Richard dikutip dari Merdeka.
PTBm Siantan memang menjadi salah satu pembangkit listrik memanfaatkan limbah pertanian, untuk operasi limbah pertanian meliputi cangkang sawit, sekam padi, tongkol jagung, ampas tebu, serbuk kayu. Direktur Utama PT Rezeki Perkasa Sejahtera Lestari Duken Kuncara mengatakan pihaknya bekerja sama dengan dinas kehutanan dan organisasi terkait untuk pasokan bahan bakar pembangkit berupa limbah pertanian.
Kedepannya selain bekerjasama dengan pelaku suplai bahan baku operasi limbah pertanian seperti pengusaha kelapa sawit di Kalimantan Barat, PT Rezeki Perkasa Sejahtera Lestari juga akan menjalin kerjasama dengan pemilik lahan untuk menjamin pasokan bahan bakar PLTBm.
Selain itu konsen lain adalah untuk mampu meningkatkan perekonomian warga salah satunya pemilik lahan dan masyarakat lokal secara khusus.
Pihak PLTBm membeli harga limbah pertanian tersebut dengan harga Rp 600/kg, dengan asumsi PLTBm Siantan mampu memproduksi energi listrik setahunnya sebanyak 98.400 ton.
Untuk mengalirkan listrik PLBm Siantan ke sistem Khatulistiwa, PLN juga telah membangun jaringan listrik 20 kilo Volt (kV) sepanjang 5,6 kilometer sirkit (kms) dari pembangkit ke titik interkoneksi di Gardu Induk (GI) Siantan. Hal ini dilakukan sebagai salah satu langkah konkrit pembangunan infrastruktur penunjang energi berkelanjutan.