Beban Subsidi BBM Semakin Besar, Apa Solusinya?
Pemerintah harus mencari solusi terkait beban subsidi BBM yang semakin besar. Hal tersebut juga disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) bahwa kebijakan pemerintah untuk menahan harga BBM semakin berat.
Bahkan jumlah yang digelontorkan pemerintah untuk subsidi BBM tidak hanya besar tetapi sangat besar sekali. Jika dijumlah nilai dari subsidi tersebut dapat untuk membangun Ibu Kota Negara (IKN) lantaran sudah mencapai angka Rp502 triliun.
Membengkaknya beban subsidi BBM tidak lepas dari naiknya harga minyak dunia yang menjadi variabel utama pembentuk harga BBM.
“Harga minyak dunia mencapai 105 dollar AS per barel, sedangkan asumsi Indonesia Crude Price (ICP) APBN ditetapkan sebesar 63 dollar AS per barel. Selisih ICP dengan harga minyak dunia itulah yang merupakan subsidi menjadi beban APBN, akibat kebijakan pemerintah tidak menaikkan harga BBM,” ungkap Pengamat Ekonomi Energi UGM, Dr. Fahmy Radhi.
Menurutnya, apa yang disampaikan Presiden Jokowi terkait subsidi dan kompensasi tersebut salah sasaran. Sebab, selama ini tidak ada solusi dan hanya berseliweran pada tataran wacana saja.
Apa Solusinya?
Fahmy menambahkan untuk menekan besarnya subsidi BBM harus ada upaya yang serius seperti penetapan harga Pertamax dan Pertamax ke atas sudah seharusnya diserahkan kepada Pertamina sesuai harga keekonomian.
Dengan begitu negara tidak harus membayar kompensasi akibat adanya perbedaan harga yang ditetapkan dengan garfa keekonomian.
Selanjutnya pemerintah harus membatasi penggunakaan Pertalite dan Solar dengan kriteria yang sederhana dan operasional di lapangan.
“Tetapkan saja bahwa pengguna Pertalite dan Solar hanya untuk sepeda motor dan kendaraan angkutan,” tambah Fahmy.
Yang terakhir pemerintah harus berani menghapus BBM RON 88 premium. Alasannya meski penggunaan Premium sudah dibatesi tetapi impor dan subsidi contents Premium masih cukup besar sehingga masih membebani APBN.
Oleh karena itu, Fahmy menyarankan agar subsidi lebih tepat sasaran sehingga dapat mengurangi beban APBN.