Kebenaran Investasi EBT di Asia Tenggara Perlu Ditingkatkan untuk Capai Target Iklim?
Asia Tenggara menghadapi tantangan besar dalam memenuhi target iklim dan keamanan energi di masa depan. Badan Energi Internasional (IEA) menyatakan bahwa kawasan ini memerlukan peningkatan investasi EBT (energi bersih terbarukan) hingga lima kali lipat dari level saat ini, mencapai US$190 miliar (sekitar Rp2.957 triliun) pada tahun 2035.
Peningkatan tersebut sangat penting untuk mengurangi emisi karbon dioksida (CO2) dan mencapai target-target iklim yang ambisius.
Dalam laporannya, IEA menggarisbawahi bahwa Asia Tenggara sedang dalam proses ekspansi ekonomi yang pesat. Namun, tantangan utama yang muncul dari pertumbuhan ekonomi ini adalah meningkatkan permintaan energi, yang diperkirakan tumbuh 4% per tahun dalam beberapa dekade ke depan.
Sumber energi bersih, seperti angin, matahari, bioenergi modern, dan panas bumi, diproyeksikan akan memenuhi sepertiga dari peningkatan permintaan energi di kawasan ini pada 2035. Meskipun demikian, IEA memperingatkan bahwa hal ini masih belum cukup untuk menahan laju peningkatan emisi, jadi perlunya digenjot sektor investasi EBT.
Salah satu hambatan terbesar adalah masih bergantungnya kawasan ini pada pembangkit listrik tenaga batu bara (PLTU) yang relatif baru. Upaya untuk menutup PLTU di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, mengalami penundaan setelah tenggat waktu pada Juli berlalu tanpa kesepakatan penutupan awal proyek percontohan.
IEA juga menyatakan bahwa meskipun Asia Tenggara hanya menarik 2% dari total investasi energi bersih global, kawasan ini menyumbang 6% dari Produk Domestik Bruto (PDB) global dan 5% dari total permintaan energi dunia.
Oleh karena itu, untuk mengatasi tantangan energi dan iklim, investasi EBT tahunan dalam jaringan listrik juga perlu ditingkatkan hingga dua kali lipat menjadi hampir US$30 miliar (Rp466,9 triliun) pada 2035.
Teknologi energi bersih, seperti yang ditekankan oleh Direktur Eksekutif IEA Fatih Birol, belum berkembang cukup cepat. Ketergantungan pada bahan bakar fosil impor juga membuat negara-negara Asia Tenggara lebih rentan terhadap risiko di masa depan.
Untuk itu, peningkatan investasi dalam energi terbarukan sangat krusial agar kawasan ini tidak hanya memenuhi kebutuhan energi, tetapi juga menjaga keberlanjutan lingkungan dan ekonomi.
Demikian informasi seputar investasi EBT di Indonesia. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Sahabatsinergi.Com.