Lesunya Starbucks di Vietnam: Kenapa Hanya Sumbang 2% dari Pasar Kopi?
Starbucks, jaringan kedai kopi terkenal asal Amerika Serikat (AS), telah merajai pasar minuman kopi di berbagai belahan dunia. Namun, di Vietnam, cerita berbeda terungkap. Laporan dari Euromonitor International mengungkapkan bahwa pangsa pasar Starbucks di Vietnam hanya mencapai 2% dari total pasar minuman kopi senilai US$1,2 miliar atau sekitar Rp18,2 triliun (kurs Rp15.170/dolar AS) pada tahun 2022. Selain itu, perkembangannya di Vietnam juga tidak berkembang pesat.
Pada Senin (7/8/2023), dilaporkan bahwa Starbucks hanya memiliki sekitar 92 kedai kopi di Vietnam. Angka ini terlihat kecil jika dibandingkan dengan Thailand yang memiliki sekitar tujuh gerai untuk setiap satu juta orang, dan Indonesia yang memiliki dua gerai untuk setiap satu juta orang.
Analisis dari Euromonitor International, Nathanael Lim menyatakan bahwa Starbucks masih terbatas karena preferensi konsumen Vietnam lebih condong pada rasa kopi lokal. Ini berarti masyarakat Vietnam lebih memilih menikmati kopi dari kedai-kedai lokal yang menyajikan cita rasa kopi Vietnam yang khas.
Meskipun demikian, nasib Starbucks masih lebih baik daripada pesaingnya. The Coffee Bean & Tea Leaf, jaringan kedai kopi lain asal Amerika Serikat, hanya memiliki 15 toko di Vietnam setelah 15 tahun beroperasi. Sementara Mellower Coffee milik China baru-baru ini mengumumkan penutupan seluruh toko mereka setelah beroperasi selama empat tahun di Vietnam. Bahkan Gloria Jean’s dari Australia sudah meninggalkan pasar kopi Vietnam pada tahun 2017.
Satu alasan utama mengapa perkembangan Starbucks di Vietnam terbatas adalah harga kopi yang selevel dengan Starbucks terlalu mahal untuk pasar yang sangat kompetitif di Vietnam. Di sana, satu ruas jalan yang ramai dapat menampung setidaknya 10 kedai kopi dari warung pinggir jalan hingga kafe-kafe lokal. Budaya minum kopi di Vietnam juga berbeda, di mana para pedagang kopi kaki lima menyajikan kopi dengan sederhana di atas meja plastik murah atau bahkan menggunakan koran sebagai alas.
Penting juga untuk dicatat bahwa sebagian besar masyarakat Vietnam lebih menyukai kopi jenis robusta yang memiliki rasa lebih kuat dibandingkan jenis arabika yang digunakan oleh Starbucks. Ini karena 97% kopi yang dikonsumsi di Vietnam adalah varietas robusta, sementara Starbucks menggunakan 100% biji arabika untuk mendapatkan “rasa yang bisa halus tetapi juga kompleks,” seperti yang dijelaskan oleh perusahaan tersebut.
Menurut seorang seniman dan pecinta kopi, Trang Do menjelaskan cara menyeduh kopi Vietnam dengan filter membantu mengekstrak lebih banyak kopi, dan penggemar kopi di Vietnam lebih menghargai rasa kuat dan wangi dari kopi lokal mereka. Dengan preferensi yang berbeda dan persaingan ketat di pasar kopi Vietnam, Starbucks harus beradaptasi dan memahami selera konsumen lokal untuk mencapai kesuksesan yang lebih besar di negara tersebut.