Pertamina: Realisasi Pembangunan Kilang Masih Terkendala
PT Pertamina (Persero) berencana membangun kilang minyak, namun hingga saat ini belum terealisasi karena masik banyak kendala. Padahal Pertamina sendiri memiliki dua proyek besar antara lain pengembangan empat kilang lama dalam proyek Refinery Development Master Plan (RDMP).
RDMP tersebut terdiri dari RDMP Balikpapan, Dumai, Cilacap, dan Balongan. Selanjutnya adalah proyek pembangunan dua kilang baru dalam proyek Grass Root Refinery (GRR) yang rencananya akan dibangun di Tuban dan Bontang.
Sebenarnya Pertamina menargetkan salah satu proyek kilang Pertamina yaitu RDMP Balikpapan sudah masuk tahap konstruksi pada akhir 2018 ini.
Terkait dengan pembangunan kilang, Vice President Corporate Communication Pertamina, Adiatma Sardjito mengungkapkan bahwa belum ada perkembangan hingga saat ini mengenai pembangunan kilang. Dia juga menegaskan bahwa hal tersebut termasuk konstruksi RDMP Balikpapan.
Adiatma menjelaskan bahwa pembangunan kilang Pertamina masih sesuai dengan rencanna perseroan. Terlebih lagi, dalam pembangunan ilang, Pertamina juga membutuhkan waktu untuk mempersiapkan tahapan dan perlu dikerjakan dengan sangat detail.
Proyek RDMP Balikpapan memiliki terdiri dari dua tahapan. Yang pertama adalah konstruksi yang ditargetkan akan mulai dilaksanakan pada tahun 2018 dan selesai pada tahun 2020. Sementara untuk tahap kedua RDPM Balikpapan ditargetkan akan selesai pada 2021.
Pengamat Ekonomi dan Energi UGM, Fahmy Rahdi mengungkapkan bahwa terdapat kemajuan mengenai pembangunan kilang Pertamina meskipun masih minim dan terbilang lambat. Dia menjelaskan bahwa faktor tersebut disebabkan karena banyak masalah yang muncul. Bisa karena faktor pendanaan maupun investor sehingga hingga saat ini RDMP dan pembangunan kilang baru masih terbilang lambat.
Bahakan, Fahmy menjelaskan bahwa upaya mafia migas untuk mengganjal proyek kilang Pertamina. Pasalnya dengan pembangunan kilang tersebut, Pertamina dapat mengurangi impor produk BBM yang selama ini dapat menjdi buruan para mafia migas.
Ketika Fahmy masih bekerja di Satgas Mafia Migas, terdapat kajian yang digunakan untuk menemukan upaya sistemik yang ingin menggagalkan RDMP dan pembangunan kilang baru. Jika kilang tidak jadi dibangun maka volume impor produk BBM dapat mencapai 600.000 barel.