Tenaga Surya dan Angin: Kunci Masa Depan Energi Terbarukan Indonesia?

Indonesia semakin serius mengembangkan energi terbarukan tenaga surya dan angin sebagai solusi jangka panjang untuk kebutuhan listrik nasional. Salah satu fokus utama pemerintah dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025-2034 adalah memanfaatkan sumber daya alam yang ramah lingkungan, dengan target hingga 72% pembangkit berbasis energi baru terbarukan (EBT).
Di antara berbagai sumber energi hijau yang dipertimbangkan, tenaga surya dan angin menjadi dua andalan utama untuk mewujudkan impian Indonesia mencapai net zero emission pada 2060.
Pembangkit listrik tenaga surya menjadi sorotan utama dalam upaya Indonesia memenuhi target 75,6 GW kapasitas pembangkit EBT pada 2035, seperti yang tercantum dalam Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN).
Menurut laporan dari Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA), Indonesia memiliki potensi besar dalam proyek-proyek tenaga surya, dengan 16,5 GW proyek prospektif yang siap dijalankan. Proyek-proyek ini lebih dari lima kali lipat dari yang diuraikan dalam Just Energy Transition Partnership (JETP), dan 30% lebih tinggi dari target RUKN 2030 yang hanya 12,8 GW.
Meski tenaga surya menjadi pilihan utama, tenaga angin masih menghadapi tantangan besar dalam hal pengembangan. Proyek-proyek tenaga angin yang tercatat oleh Global Energy Monitor (GEM) hanya mencatatkan 2,5 GW, jauh di bawah target RUKN 2030 yang menginginkan 4,8 GW.
Untuk itu, Indonesia perlu lebih banyak investasi dan upaya pengembangan di sektor ini agar dapat mengisi kesenjangan antara potensi dan penerapan teknologi secara optimal.
Katherine Hasan, analis dari CREA, menyatakan bahwa dengan pemetaan yang tepat, Indonesia bisa melampaui target-target dalam RUKN dan memanfaatkan potensi besar tenaga surya dan angin lebih cepat dari jadwal.
Negara-negara seperti Vietnam dan China telah menunjukkan bagaimana proyek energi surya besar dapat dilaksanakan sebelum 2030. Namun, tantangan terbesar adalah menciptakan iklim investasi yang menarik untuk pengembangan tenaga angin, agar porsi energi terbarukan di Indonesia bisa terus meningkat.
Meskipun energi fosil masih mendominasi di RUKN, dengan porsi 41% dari pembangkit berbasis batu bara dan 17% dari gas, namun porsi energi terbarukan diprediksi akan meningkat secara signifikan pada 2060. Indonesia memiliki potensi besar untuk mencapai target-target tersebut dengan fokus pada pengembangan tenaga surya dan angin, yang menjadi solusi jangka panjang bagi keberlanjutan energi nasional.
Demikian informasi seputar tenaga surya dan angin. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Sahabatsinergi.Com.