Heboh Bunga Acuan Bank Indonesia Naik Lagi dan Dekati 6%, Inflasi Makin Meroket?

Pada hari ini, Kamis (22/10), Bank Indonesia (BI) mengumumkan hasil rapat dewan gubernur (RDG) bulanan periode Desember 2022. Kalangan memprediksi bank sentral mengerek bunga acuan pada kisaran 25 bps hingga 50 bps. Jika bunga dari acuan tersebut kembali naik, maka levelnya akan mendekati 6%.

Ekonom dan Associate Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), Ryan Kiryanto menjelaskan jika melihat laju inflasi bulanan dan tahunan yang terkendali meskipun masih di atas jangkar inflasi yang 3%.

“Saya perkirakan BI masih akan menaikkan BI 7 day reverse repo rate sebesar 25-50 bps menjadi 5,5-5,75% supaya laju inflasi lebih terkendali sehingga bisa diarahkan ke target sasaran 3% di semester I-2023,” kata Ryan saat dihubungi pada Kamis, 22 Desember.

Mengenai kenaikan bunga acuan, Ryan menyebutkan kenaikan 25-50 bps untuk ‘mengimbangi’ kenaikan Fed Fund Rate (FFR) 50 bps pada FOMC terakhir menjadi 4,25-4,5%. Dengan kenaikan BI Rate sebesar 25-50 bps, maka spread antara BI Rate dengan FFR menjadi tidak terlalu jauh, yakni berkisar 125-150 bps sehingga cukup bisa menahan pelemahan rupiah terhadap dolar AS.

Ryan menjelaskan didukung kerja keras tim pengendali inflasi, khususnya inflasi pangan, maka efektivitas kebijakan moneter menjadi lebih baik untuk menekan laju inflasi. Hanya saja, dengan kenaikan FFR yang tidak lagi agresif (kenaikan minimal 75 bps), maka BI pilihan lebih longgar untuk menaikkan BI Rate sebesar 25 bps atau 50 bps.

“Saya sendiri condong BI menaikkan BI Rate kali ini sebesar 25 bps menjadi 5,5% sehingga ke depannya BI masih punya ruang untuk mengantisipasi kenaikan FFR dari Januari sampai dengan Maret 2023 sebesar 75 bps menjadi 5-5,25% sebagai puncak tertingginya dan bertahan sepanjang 2023, untuk kemudian melandai mulai awal 2024,” ujar dia.

Kenaikan Bunga Acuan Masih Dukung Pertumbuhan Ekonomi RI?

Hal ini juga untuk memberikan stance bahwa bank sentral masih memberikan kebijakan yang pro growth karena kalau pun BI Rate naik 25 bps, tidak akan direspons oleh kenaikan bunga simpanan dan kredit secara agresif. Ini penting untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi berlanjut di 2023 nanti.

Direktur CELIOS Bhima Yudhistira Adhinegara mengungkapkan BI diperkirakan menaikkan bunga 50 bps, sehingga berdampak pada naiknya suku bunga kredit perbankan. Dia menyebutkan Indonesia akan kembali lagi ke era suku bunga tinggi sebelum pandemi.

Tren kenaikan suku bunga juga berdampak pada keputusan konsumen dalam berbelanja tahun depan. “Kendaraan bermotor hingga properti sangat bergantung pada variabel pinjaman lembaga keuangan terutama soal suku bunga,” ujarnya.

Sekadar informasi pada 23 November 2022 BI mengumumkan bunga acuan naik 50 bps menjadi 5,25%, suku bunga deposit facility sebesar 50 bps menjadi 4,5% dan suku bunga lending facility sebesar 50 bps menjadi 6%.

Saat itu Gubernur BI menjelaskan keputusan kenaikan suku bunga ini sebagai langkah front loaded, pre-emptive dan forward looking untuk menurunkan ekspektasi inflasi yang saat ini masih tinggi dan memastikan inflasi iinti ke depan bisa kembali ke sasaran 3% plus minus 1% pada paruh pertama 2023.

Selain itu naiknya bunga acuan ini juga untuk memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah agar sejalan dengan fundamentalnya akibat kuatnya mata uang dolar AS dan tingginya ketidakpastian pasar keuangan global, di tengah permintaan ekonomi domestik yang tetap kuat.

You may also like...