Transisi Energi Indonesia: Strategi PLN Mengatasi Tantangan Trilema Energi
Dalam mengemban tugas transisi energi di Indonesia, PT PLN (Persero) menemui tantangan trilema energi yang memerlukan solusi terencana. Direktur Manajemen Proyek dan Energi Baru Terbarukan PLN, Wiluyo Kusdwiharto menjelaskan bahwa PLN harus mengatasi keterjangkauan biaya masyarakat, keamanan pasokan listrik, dan keberlanjutan lingkungan dalam menjalankan transisi energi. Proses transisi energi harus dilakukan secara hati-hati dan bertahap, mengingat karakteristik intermitten dari pembangkit energi baru terbarukan (EBT).
Wiluyo menekankan bahwa pembangunan pembangkit EBT harus dilakukan secara bertahap untuk menggantikan pembangkit fosil yang masih ada. Hal ini penting agar trilema energi, yaitu affordability, security, dan sustainability, dapat terpenuhi.
Dalam upaya menjawab tantangan pemerataan akses listrik dan keterjangkauan biaya, PLN sedang mengembangkan Green Enabling Transmission Line. Proyek transisi energi ini bertujuan memperkuat transmisi dan jaringan distribusi, memungkinkan pemanfaatan potensi EBT di luar Jawa untuk dinikmati oleh seluruh masyarakat Indonesia.
Tak hanya itu, PLN juga berkomitmen pada dekarbonisasi sektor hulu dengan membatalkan rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) sebesar 13,3 GW yang sebelumnya tercantum dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2019-2028. Sebagai gantinya, PLN mengganti sebagian pembangkit PLTU dengan pembangkit EBT dan Gas, serta mengalihkan penggunaan batu bara pada sejumlah PLTU menjadi produk Biomassa.
Upaya ini sejalan dengan visi PLN untuk mencapai transisi energi yang berkelanjutan, mengurangi dampak lingkungan, dan memastikan akses listrik yang merata bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Demikian informasi seputar perkembangan transisi energi di Indonesia. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Sahabatsinergi.com.