Uraian Transisi Energi di Indonesia: Tantangan dan Harapan 2045?

Kepemimpinan nasional yang akan dipilih dalam Pilpres 2024 harus memprioritaskan langkah-langkah menuju transisi energi yang berkelanjutan. (Solum.id)

Transisi energi telah menjadi perbincangan utama di tingkat global, dan Indonesia sebagai bagian dari tren ini juga telah merancang program pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT) untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil. Kita akan membahas pentingnya komitmen pemimpin terpilih dalam Pilpres 2024 terhadap transisi sektor energi demi keberlanjutan dan mencapai target netralitas karbon.

Perubahan iklim dan pemanasan global menjadi perhatian serius, dan Kesepakatan Paris 2015 menetapkan target kenaikan suhu maksimum 1,5 derajat Celsius. Indonesia, yang telah meratifikasi kesepakatan ini, berkomitmen untuk mencapai netralitas karbon. Oleh karena itu, kepemimpinan nasional yang akan dipilih dalam Pilpres 2024 harus memprioritaskan langkah-langkah menuju transisi energi yang berkelanjutan.

Pemimpin yang ideal adalah mereka yang mampu memupuk persatuan dan kesatuan dalam menghadapi tantangan kompleks, baik di tingkat global maupun domestik. Mereka harus mampu membangun konsensus nasional dan memastikan seluruh rakyat Indonesia terlibat dalam upaya mencapai visi “Indonesia Emas 2045”.

Pilpres 2024 menjadi kesempatan bagi rakyat Indonesia untuk memilih pemimpin yang tidak hanya memiliki visi internasional tetapi juga komitmen kuat terhadap kepentingan domestik. Pemimpin yang terpilih harus mampu menjalankan secara berkesinambungan program-program strategis, termasuk transisi energi dan pengembangan ekonomi hijau.

Indonesia masih mengandalkan energi berbasis fosil, terutama dalam sektor listrik dan transportasi. Transisi energi ke energi baru dan terbarukan (EBT) membutuhkan investasi besar, namun pemimpin harus memastikan bahwa harga energi tetap terjangkau sesuai dengan prinsip kesejahteraan. Artinya, perlu menjaga keseimbangan antara transisi sektor energi dan pemenuhan kebutuhan energi rakyat.

Ketergantungan pada PLTU batubara dan energi fosil lainnya perlu diatasi dengan mengoptimalkan potensi EBT yang melimpah di Indonesia, seperti sinar matahari, tenaga angin, air, daur ulang sampah, gelombang laut, dan panas bumi. Pengembangan infrastruktur dan investasi pada teknologi EBT adalah langkah penting menuju netralitas karbon.

Pemimpin terpilih perlu memiliki komitmen untuk meningkatkan kualitas kesejahteraan rakyat dan memajukan kepentingan domestik. Empat aspek penting yang perlu diperkuat mencakup kedaulatan politik, kedaulatan wilayah, kekuatan budaya, dan posisi tawar di level global. Sumber daya manusia, ekonomi yang tangguh, dan kepemimpinan visioner menjadi modal kuat dalam mencapai Indonesia Emas 2045.

Pemilihan pemimpin dalam Pilpres 2024 menjadi momentum penting dalam menentukan arah Indonesia menuju Indonesia Emas 2045. Pemimpin yang dipilih harus memiliki komitmen kuat terhadap transisi energi, pengembangan ekonomi hijau, dan memastikan keberlanjutan sumber daya alam demi ketahanan pangan di tengah krisis iklim. Keberhasilan transisi sektor energi bukan hanya tugas pemerintah, tetapi juga tanggung jawab bersama seluruh masyarakat Indonesia.

Demikian informasi seputar kebijakan transisi energi di Indonesia. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Sahabatsinergi.Com.

Tags: Bisnis, EBT, Ekonomi, Energi, Energi Baru dan Terbarukan, Indonesia, Keuangan, Pemanasan Global, Transisi Energi

You may also like...